Minggu, 17 Oktober 2010

PEMBELAJARAN HIDUP

Assalamualaikum wr.wb

Ditemani dengan suara televisi yg masih ramai dengan acara-acara lewat program nya, mengingatkan ku pada sosok seseorang yang jauh disana, ku buka laptop kesayangan ini dan mencoba mengeksplor semua kegundahan dan beragam perasaan yg tak mampu diucapkan lewat kata-kata.

Entahlah sejak ba'da magrib tadi entah kenapa yang kutonton acara televisinya rata-rata menceritakan tentang perjuangan seseorang anak yang bisa berhasil karena didikan seorang ibu, hiks.. aku jadi ingat dengan beliau.

Pada dasarnya aku bukanlah seperti anak-anak yang lain yang mungkin bisa begitu akrab bersama ibunya, bahkan sepertinya keakraban ku jauh lebih cenderung kepada sosok bapak. Menurut sebagian orang memang yang namanya anak perempuan itu bakal dekat banget dengan bapaknya, sebaliknya anak laki-laki lebih dekat kepada ibunya.

Mamah dan Papah.. Itulah sebutan yang biasa kugunakan kepada mereka. Beberapa jam yang lalu aku sempat berbincang dengan seorang sahabat, aku membagi cerita yang mungkin bisa jadi pelajaran berharga dalam hidup.

*sekitar tahun 2004*
"Pah, dia itu hebat ya, walaupun keadaan keluarganya pas-pas an tapi dia berani mengambil keputusan untuk kuliah lho, padahal tau sendiri keadaan hari-harinya gimana, sedang biaya kuliah itu kan besar juga", cerita ku pada papah ku saat kami sedang berbincang kalau gak salah ingat malam hari, "Sebenarnya papah juga ingin mba bisa kuliah, gak perlu mikirin biaya kuliah, itu khan udah jadi tanggung jawab orang tua, hmmm papah punya keinginan dari dulu mba, kalau panjang umur pengen sekali bisa foto bareng dengan anak papah menggunakan baju wisuda, pake toga gitu".

Percakapan diatas adalah sebuah kisah nyata bertahun-tahun yang lalu yang kualami,yang menjadi motIvasi besar dalam diri, bahwa aku memiliki keinginan besar untuk mewujudkan keinginan sederhana dari seorang laki-laki yang ku panggil papah, menurut sejarahnya sejak lulus SMP aku sudah membuat semacam peta kehidupan, kalau SMA akan melanjutkan kemana, kuliahnya juga musti kemana, tujuan ku pada saat itu aku sangat ingin sekali bisa masuk di STIS, jadi ketika masuk SMA pertama kali dan seterusnya aku selalu berusaha agar nilai-nilai ku selalu bagus agar bisa melanjutkan ke STIS, sampai lulus SMA pun aku gak pernah mendaftar ke sekolah lain kecuali STIS, ternyata sahabat, Allah punya rencana dan melihat bahwa mungkin keinginan ku itu belum saatnya dikabul oleh Nya, mungkin lebih tepatnya Dia punya pandangan sendiri terhadap ikhtiarku, AKU GAGAL MASUK STIS. wah kalian pasti gak bisa membayangkan betapa persiapan ku selama 3 tahun lebih ternyata gak bisa diwujudkan, percaya atau tidak saking sedihnya tangisku gak ngeluarin air mata, entahlah apakah itu salah satu bentuk kekecewaan terbesar yg kualami. Mulanya merasa berat tapi lama kelamaan aku berfikir bahwa mungkin memang belum saatnya sehingga kesedihan itu gak kurasakan berlarut-larut.

Aku mencoba merubah peta kehidupan ku lagi, aku berusaha untuk merubah keinginan yg sudah bertahun-tahun terpendam, berubah haluan, aku memutuskan untuk bersekolah di sekolah keagamaan, demi apa sahabat, demi sebuah keinginan mewujudkan sebuah permintaan sederhana dari seorang laki-laki yang sangat berarti, yaitu papah ku.
tapi sungguh sayang kesempatan itu tidak kudapatkan sehingga jadilah aku "pengangguran" selama 1 th, untungnya aku masih ada ide untuk belajar komputer, mengisi waktu dan mendalami teknologi, melamar pekerjaan pun pernah ku lakukan, pernah aku mendaftar di sebuah toko kue, tapi ditolak, sepertinya penolakan itu terjadi karena aku menggunakan jilbab, gak sama dengan jaman sekarang, jilbab di masa dulu sangat dianggap ekstrim, sehingga kesempatan bekerja pun menjadi sangat kecil, jadi begitulah keseharian ku selama 1 tahun itu adalah "beres-beres rumah, kursus komputer, itu aja.

Gak terasa 2004 telah berlalu, datang 2005, muncul kembali kesempatan bersekolah di STIS, tapi entahlah aku merasa tidak punya keyakinan lagi, oleh karena itu ketika tahun ajaran tiba, aku langsung mendaftarkan diri di STAIN di samarinda. Tapi alhamdulilah sahabat, banyak hal yang kupetik lewat keberadaan ku disana, bahkan kebiasaan ku dalam bergaul dan berpakaian pun menjadi 180 derajat berbeda dari yang biasa, jilbab besar, rok, dan tidak bersalaman dengan seseorang yg bukan muhrimnya.
CONTINUED

Ehmmm mungkin segini dulu ya cerita hari ini, mataku udah mulai mengantuk nih dan gak bersahabat lagi kayaknya, insya allah besok disambung lagi, masih penasaran khan dengan sedikit cerita hidup?? insya allah akan bermakna sekali bagi kita.

Wassalamualaikum wr. wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar